Bagi Alumni ITS yang ingin berbagi tulisan-tulisan untuk dimuat di Blog ini, kami persilahkan menghubungi Email: purwoko.e28@gmail.com dan CC kan ke: dewa.yuniardi@gmail.com

Sisi Lain dari Muhammad Nuh (Sebelum Menjadi Menteri)

Sumber gambar: liputan6.com
Beberapa hari, nama Muhammad Nuh banyak bertebaran di media massa. Bisa dipastikan itu karena masalah Ujian Nasional (UN) yang bermasalah. Namun sebelum UN berlangsung, nama Muhammad Nuh bertebaran di media masa. Masalah RSBI, UKG, dan yang baru saja adalah kesiapan Kurikulum 2013 juga menjadi sorotan utama berbagai media.

Menurut saya, menjadi sorotan media itu sangat wajar. Apalagi seorang tokoh apalagi pemimpin negara. Segala ungkapan isi hati masyarakat itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap bangsa ini. Sekaligus merupakan harapan kepada pemimpin di negeri ini agar menjadikan negeri ini lebih baik. Namun akan menjadi sangat sedih jika orang yang menjadi ’sorotan’ itu adalah orang yang image-nya dikenal baik.

Saya sendiri dengan Pak Muhammad Nuh tidak pernah bicara langsung. Hanya sempat bersalaman ketika wisuda pasca di awal tahun 2004. Namun nama Pak Nuh selalu terdengar menyejukkan di telinga sejak saya kuliah S1. Ini karena beliau dikenal sebagai orang yang sangat ringan tangan.

Karir gemilang beliau diawali ketika menjabat sebagai Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) tahun  1997. Ketika menjadi pejabat di PENS, gudangnya jawara Kontes Robot Internasional, nama Muhammad Nuh menjadi buah bibir. Ini karena beliau dekat dengan rakyat kecil. Sempat terdengar kabar, Muhammad Nuh hafal nama tukang becak yang ada di sekitar rumahnya. Itu karena memang sifat beliau yang sederhana dan mau bergaul dengan rakyat biasa di sekitar rumah beliau meski menjabat sebagai Direktur PENS.

Selain itu, beliau memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri di daerah Gunung Anyar yang sangat jauh dari daerah Keputih, Sukolilo, lokasi PENS. Padahal setiap dosen di ITS mendapat fasilitas perumahan dosen di sekitar kampus.

Muhammad Nuh besar di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Tetapi beliau aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di HMI beliau dikenal dekat dengan banyak kalangan. Ada suatu cerita ketika beliau sudah menjabat sebagai Direktur PENS, tiba-tiba datang ke markas HMI hanya sekedar untuk minta dipijit.

Pribadi yang menarik dan keberhasilannya menjadi direktur PENS, membuat Muhammad Nuh akhirnya terpilih menjadi Rektor ITS pada tahun 2003 di usia beliau yang ke-42. Ini sekaligus menjadikan beliau sebagai Rektor termuda di ITS. Padahal waktu itu belum menjadi Profesor seperti layaknya Rektor-rektor di universitas besar lainnya. Gelar profesornya diraih ketika beliau menjabat rektor ITS.

Setelah beliau menjadi rektor inilah saya semakin sering mendengar beberapa mahasiswa miskin mendapat bantuan dan keringanan. Pernah ketika saya sudah di pasca ada adik kelas yang masih kuliah di S1 yang mendapat kesulitan keuangan. Anaknya sebenarnya termasuk pandai dan IPKnya masih di atas 3. Tetapi bukan yang terbaik di kelasnya. Adik kelas saya mengeluh ke saya. Saya sarankan untuk menghadap ke Ketua Jurusan yang saya tahu memang ringan tangan dan teman baik Pak Muhammad Nuh. Setelah menghadap ke Ketua Jurusan, ternyata adik kelas saya diminta langsung menghadap ke Rektor, yaitu Pak Muhammad Nuh. Hasil dari menghadap Pak Nuh, adik kelas saya kemudian bebas SPP dan dia diminta kos di rumah Ketua Jurusan supaya biaya kos tidak terlalu sulit.

Tidak hanya adik kelas saja yang mendapat kemudahan dan keringanan, beberapa mahasiswa di Jurusan lain yang berprestasi dan tidak mampu juga mendapat banyak kemudahan. Saya sendiri belum tahu bagaimana cara Rektor ITS mengelolanya. Selain dari berbagai macam beasiswa yang ditawarkan ke mahasiswa, ada kemungkinan beliau mengumpulkan teman-temannya, dosen-dosen ITS yang peduli mahasiswa berprestasi yang kurang mampu untuk memberi bantuan. Seperti halnya dosen saya yang menjadi Ketua Jurusan, yang ikut menyediakan rumah kos untuk mahasiswa putra yang berprestasi.

Tahun 2007, Muhammad Nuh diminta Presiden SBY untuk menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi menggantikan Sofyan Djalil. Kemudian tahun 2009 didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan hingga sekarang.

Di masa kepemimpinan beliau inilah kemudian muncul beasiswa Bidik Misi. Modelnya mirip dengan ketika beliau memberi beasiswa (kemudahan) kepada mahasiswa ITS yang tidak mampu. Beasiswa inilah yang kemudian banyak membantu mahasiswa miskin supaya bisa akses ke Perguruan Tinggi. Sudah berpuluh ribu lulusan SMA dari kalangan orang tidak mampu yang mendapatkan beasiswa ini. Jadi bisa dibilang, Bidik Misi sangat bagus.

Dalam masalah bantu membantu, Muhammad Nuh memang dikenal baik kepribadiannya dan suka membantu. Apalagi dalam masalah agama, sudah tidak diragukan lagi karena memang beliau besar di lingkungan Pondok Pesantren yang akhirnya bisa menempuh pendidikan di Teknik Elektro ITS. Pernah menjabat sebagai Pengurus Cabang NU Surabaya yang kemudian membuat beliau sempat akan diusulkan menjadi Menteri Agama. Tetapi ternyata baik kepribadiannya dan memiliki kemampuan akademik yang bagus juga belum cukup menjadikan beliau bagus dalam kepemimpinan. Kenyataannya, banyak celah di dalam pengelolaan pendidikan di bawah kepemimpinan beliau.

Semoga saja Pak Nuh sekarang mau mendengar aspirasi dari bawah dan segera bisa memperbaiki segala masalah di dunia pendidikan Indonesia. Karena menjadi pemimpin di negeri tidak hanya cukup dipimpin orang baik saja, tetapi juga orang yang bagus manajerialnya, kreatif dan penuh inovatif. Karena negeri ini sudah cukup semrawut dan butuh pembenahan yang tidak hanya sekedar biasa saja, tetapi luar biasa. (Septin Puji Astuti - Statistik'97)

PS: Ada artikel lain yang ditulis Cak Gunaris di Guru yang Bijak dan Ayah yang Hangat (1) dan di Guru yang Bijak dan Ayah yang Hangat (2)
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Blog | Kojack | Dewa Yuniardi
Copyright © 2012 - 2016. Blog IKA - ITS Jakarta Raya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger